Monday, May 18, 2009

A Little Review RASA and Angels and Demons

Kemarin aku nonton Rasa, filmnya abang Christian Sugiono, bertiga dita sama inka. I wanted to watch that movie since Christian put a poster of that movie on his official blog. Dari awal ngeliat poster filmnya aku mulai curiga. Genre film ini apa? Ceritanya kaya gimana? I’d been wondering. I’d browsing for the synopsis, too, but I got nothing. Sampai detik terakhir sebelum aku nonton Rasa, I still believed that I was about to watch a drama movie or something like that. Dan begitu filmnya dimulai, aku mulai curiga, kayanya Rasa itu genre-nya horor deh. Great. Like I’d be able to watch such movie. I was still trying to keep think positive. Nggak mungkin ini film horor, pasti cuman awalnya aja yang dark and gloomy. Bentar lagi pasti mulai cerah ceria. That’s what I was trying to say to myself.

Tapi apa mau dikata. Maksud hati memeluk gunung, tapi tangan tak sampai. Backsoundnya mulai heboh dan ngagetin. Mulai muncul penampakan-penampakan yang tidak diinginkan. I just couldn’t help it. Aku mulai tutup telinga tutup mata. And that was what I did for almost the whole duration.







Inti ceritanya sih tentang Rianti (Pevita Pierce) yang punya kemampuan untuk melihat suatu penglihatan tentang hal yang akan terjadi dan melukiskannya di atas kanvas. Anak profesor Anthony yang bernama Mariah diculik dan Rianti melihat dan melukisnya. Begitu tahu tentang kemampuan Rianti, Anthony meminta bantuan Rianti untuk mencari anaknya.

Nah lo, pasti bingung mikirin “Loh terus Christian Sugiononya manaaaa?”. Aku juga sebenernya kurang paham apa fungsi dari karakter Wisnu yang diperankan sama Christian Sugiono. Which is yang di poster filmnya foto Christian Sugiono gede banget, mendominasi. Tapi ternyata itu cuman tipuan. Menurutku karakter Wisnu itu cuman kaya tambahan doang. Pemanis. Penarik penonton. Wisnu di film cuma berperan mendorong dan menguatkan si Rianti yang emang digambarkan suram, lemah, dan fragile. Udah mana entah kenapa akting abang Christian dimataku masih keliatan kaku. Banget. Aktingnya sama aja kaya di Dunia Mereka waktu dia masih baru-baru muncul. Too bad.

Tapi untungya aku nonton bareng dita. Everything’s got much funnier. Dialog-dialog Christian sama Pevita yang menurutku agak sinetron, jadi terasa so silly kalau didengerin dengan dita disebelahku. Kita bolak-balik cekikikan ngedengerin kata-kata cinta Wisnu buat Rianti.
Rianti : itu bukan cinta, Wisnu! Itu kasihan. Kamu kasihan sama aku!
Wisnu : bukan, Ri. Itu bukan kasihan. Itu kasih.
Kita berdua kompak langsung cekikikan heboh. Kalo aja kita nggak inget kalo lagi nonton di bioskop, kita pasti udah ketawa ngakak.

Ada satu scene yang bikin kita ketawa ngakak tanpa bisa ditahan. Yaitu scene dimana Rianti Cartwright muncul tiba-tiba sebagai cameo. Itu scene bego abis. Hahahhahaaa.

Sedangkan inka, yang emang dari awal udah males-malesan, sepanjang film jadi maki-maki mulu. Well, since kita emang ga maksa inka nonton, I don’t feel sorry for her, hehheee. No offense kaa. It’s a risk she’s got to take. Emang resiko kan kalo mau nonton film, kita bakalan suka sama filmnya atau kita bakalan nyesel. Aku emang beneran menyesal. Tapi bukan karena terlanjur bayar tiket, tapi menyesal kenapa filmnya Christian harus kaya begitu. I am not sorry for the ticket I paid. Soalnya pasti aku bakalan penasaran kalau sampe nggak nonton.

Well, that’s it for the review I think.

Dua hari kemarin kayanya merupakan hari sushi deh. I had sushi in two days in a row. Hari Sabtu makan sushi di Sushi Tei GM, hari Minggu ditraktir dela makan sushi di Sushi Tei TP. Hmmm. Nice.

Tujuan utama makan di TP sebenarnya buat foto di Onix. And we’re so freaking pretty. Haha.






Oh iyaaaa. Hari Sabtunya aku juga abis nonton Angels and Demons. Yah, emang filmnya keren. Malah mungkin bagi kebanyakan orang keren banget. But that movie is just so not my type. Genrenya aja udah thriller. Jadi susah buatku buat suka sama Angels and Demons. But, yes, over all the movie is great.





Plotnya rumit tapi masih bisa diikuti bahkan tanpa membaca atau menonton film sebelumnya, The Da Vinci Code. Film diawali dengan pembunuhan seorang peneliti di sebuah laboratorium. Profesor Langdon dipanggil untuk membantu menyelesaikan kasus sementara penculikan calon Paus baru dan ancaman bom datang. Pretty interesting, isn’t it?

well, not for me. heheheee...

Looking forward for monday..

I really envy her. He's so adorable. And prefect. And so gorgeus. And gentle.

*sigh*

2 comments:

mandhytaa said...

sayaangg!! aku juga naro foto onix yg itu loh di blog kuuu hehhehehee xp

mandhytaa said...

btw,, i love ur review darlingg!! hahahhaaaa x9