Thursday, September 6, 2012

The Bourne Legacy

Guess whaaat, aku baru dari nonton The Bourne Legacy!! Aaaaaaaaaaaaaakkk. Dari pagi waktu diklinik cerita kalo aku mau nonton The Bourne Legacy, orang-orang kompakan pada bilang, "Ih jelek itu, Non, filmnya. mending nonton yang lain aja." Gitu. Berhubung aku suka banget-bangetan sama trilogi  Bourne sebelomnya (favorit sih yang The Bourne Supremacy, of course hihi), dan aku juga gandrung banget sama si ganteng Jeremy Renner, ya maju tak gentar dong yahh. Teteplah berangkat nonton! Huh hahh!! Tapi dalem hati udah setting expectation low, biar ga kuciwa-kuciwa amat kalo ternyata emang beneran jelek filmnya. Yah, itung-itung cuci mata liat si ganteng hihii.

tweets.seraph.me

Film dimulai dengan tiga setting tempat yang berbeda. Pertama di markas CIA dimana para petingginya memutuskan untuk men-terminate program Outcome, kedua di Alaska dimana Aaron Cross (Jeremy Renner) sedang melakukan training sebagai kewajibannya menjadi anggota Outcome, ketiga di lab biokimia dimana Dr. Marta Shearing (Rachel Weisz) menjalankan penelitiannya.

Kurang lebih pada tiga puluh menit pertama film ini masih susah dimengerti. Mungkin akan ada banyak pertanyaan seperti siapa Jason Bourne, apa itu Treadstone atau Blackbriar, siapa Pamela Landy, ini ada apa kok orang-orang itu nyemilin pil biru-ijo, pil biru-ijo itu apaan sihh, dan macem-macem lainnya. Terutama buat orang yang belom pernah nonton trilogi Bourne sebelumnya, dijamin bingung. Aku aja yang udah lama ga nonton ulang, jadi agak lupa akhirannya Bourne Ultimatum dulu gimana.

Tapi begitu mulai dijelaskan apa sebenarnya pil biru-ijo tersebut, filmnya mulai bisa dinikmati. The Bourne Legacy menurutku masih sangat membawa ciri khas seperti trilogi sebelumnya, yaitu dimana agen pemerintah yang mengembangkan suatu program khusus yang diharapkan menjadi senjata baru, tapi malah program tersebut get out of control and force them to terminate it.

Aaron Cross, seperti Jason Bourne, merupakan anggota program rahasia CIA yang dianggap bahwa keberadaan mereka berbahaya dan akhirnya mereka malah diburu oleh CIA itu sendiri. Mereka sama-sama diburu dengan tracking devices masa kini milik CIA. Mereka juga sama-sama cerdik, jago dalam hand-to-hand combat (ahh, aku paling suka sama adegan perkelahian tangan kosong, kereeeen gilaaakk!), dan mampu meloloskan diri dari CIA biarpun dengan peralatan seadanya (kalo dibandingin sama James Bond). Kalau Jason itu versi cool-nya agen pembelot, mungkin Aaron ini versi badungnya yah hahaa.

Dinilai dari segi action-nya, The Bourne Legacy ini sih oke punyaaa! Banyak adegan berantem Jeremy Renner yang bak-buk-bak-buk hap hap hap ehh musuhnya udah pada tergeletak semua gituuu! Kereeen abiiss! Udah gitu doi ganteng banget kaaaann. Matanya biru gelap, badannya lean but not bulky, tangkas, cerdas, jago berantem. Aduuhh mamaaaaa, ga kuaaattt pokoknya! Ide ceritanya juga cukup menarik walaupun kalau menurutku harusnya ga perlu dibuat se-membingungkan itu di awal film.

Mungkin yang kurang cuma emosionalnya yah. Gaada adegan yang bikin trenyuh dan ikutan sedih. Apa? Ini kan film action bukan film drama? Eits, jangan salah. Film itu gaakan berarti kalau ga mampu memanipulasi emosi penonton. Kalo dibanding sama trilogi Bourne sebelumnya, terutama The Bourne Supremacy favoritku, sih masih kalah jauh yaa. Pas nonton The Bourne Supremacy aku bisa ikut terhanyut merasakan perasaannya Jason, his confusion and fear about his gory past, his anger and guilt because the murder of his girlfriend Marie, and also his great remorse for the people he killed. Itu sumpah mengena banget emosinya. Aku bahkan sempet nangis waktu nonton hahahah of course.

Tapi aku puas banget sama The Bourne Legacy!! Aku kasi bintang empat! Aaaaaaaaaa jadi kangen pingin nonton film Bourne sebelumnya nihh hihii.

No comments: